Generasi yang kurang percaya diri

http://photos-p.friendster.com/photos/58/53/70833585/1_598836136l.jpg
sumber gambar: http://photos-p.friendster.com/photos/58/53/70833585/1_598836136l.jpg

Mewariskan nilai-nilai, pandangan, dan mimpi-mimpi satu generasi ke generasi selanjutnya memang bukan persoalan mudah.

Ada banyak penghalang, dan penghalang terbesar itu justru sikap generasi yang mulai menapak senja.

Ada ucapan yang khas dan sering terdengar bila generasi itu berbicara tentang sikap generasi selanjutnya. Beberapa kata kunci yang mewakili kekhawatiran itu adalah: ‘Generasi gadget yang melupakan interaksi keseharian yang manusiawi’; ‘Generasi yang terlalu banyak menonton TV’ ‘Generasi yang kurang membaca dan mengerti kebaijkan’ dan  lainnya.

Saya kira kita keliru.

Generasi yang baru selalu punya cara hidup sendiri. Mereka memiliki irama kehidupan yang jauh lebih cepat dan luas dibanding generasi sebelumnya, dan  menyerap informasi lebih banyak dibangin yang kita mampu.

Sepertinya memang tanpa fokus (seperti yang sering kita keluhka). Namun, harap bersabar, dan jangan cepat menilai. Kita akan dibuat terkejut sendiri bila  mereka mulai memfokuskan diri pada suatu hal. Kemajuannya seringkali berkali lipat dibanding yang mungkin kita lakukan.

Saya memiliki bukti yang meyakinkan, tetapi belum saatnya disampaikan. Saya  kira cukup untuk saya katakan: Percayalah pada anak-anak Anda. Mereka akan membangun kehidupan yang jauh lebih baik dan–berharap–lebih indah dibanding yang kita pernah ciptakan sebelumnya.

Selamat pagi semuanya.

Tabik.

2 thoughts on “Generasi yang kurang percaya diri”

  1. Kita lahir dan jadi dewasa tanpa beban aktifitas sosial yang terlalu banyak. Dalam pengertian itu kita merasa lebih baik ketimbang generasi yang lebih muda.

    Kita anggap mereka hidup tanpa identitas, mengabaikan konvensi sosial yang selama ini kita junjung tinggi. Namun apakah benar kualitas kita lebih baik ketimbang yang lebih muda.

    Mahasiswa sekarang memang kerap tak mengerti peristiwa dan orang-orang penting yang kita tokohkan. Mahasiswa komunikasi hanya akan menggelengkan kepala saat kita bertutur tentang kehebatan seorang jurnalis senior.

    Saya berani menebak akan seperti apa bangsa ini nantinya. Pasalnya saya tak tahu persis apa yang tengah berkecamuk dalam benak mereka.

    Tak bijak menggeneralisasikan sisi buruk menjadi gambaran utuh mereka. Tentu ada mimpi yang menggantung di langit-langit semesta berpikir mereka.

    Apakah benar kita lebih baik dan lebih manusiawi?

    Lihatlah petaka demi petaka yang terjadi-jadi hari ini. Itulah tanggungjawab kita. Bila tongkat kepemimpinan kelak beralih ke tangan orang-orang muda itu, saya berharap keadaan jadi lebih baik.

    Liked by 1 person

  2. Trims ya mas Doni catatannya. Saya kira ini memang berangkat dari pengalaman pribadi dengan optimisme yang menarik. Tabik.

    Like

Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s